Share This

Jumat, 30 Maret 2012

Turun Lagi ke Jalan

Lama sudah tak turun ke jalan menyuarakan aspirasi...berteriak lantang mununtut sebuah keadilan ...kenaikkan BBM,inilah yang membuat ku merasa terpanggil untuk ikut berjuang. berjuang bersama kawan2 dari berbagai kelompok ..satu tujuan yang sama "keadilan untuk semua"





Selasa, 27 Maret 2012

Setelah 8 Bulan lamanya...akhirnya ku JEJAK-kan " Jalur Kaliwadas" Gunung Slamet


Setelah 8 bulan dari terakhir aku mendaki ...ku JEJAK-kan lagi kaki ini di Gunung..kali ini Gunung Slamet menjadi tujuan. Kaliwadas menjadi pilihan jalur pendakian kali ini. Jalur Kaliwadas merupakan jalur yang mempunyai trek yang cukup panjang, normalnya membutuhkan waktu 18 jam perjalanan dari titik start awal pendakian menuju puncak Slamet. Kita dapat menuju titik start tepatnya di desa Kaliwadas dengan melalui Bumiayu atau lewat Guci via Tuwel. Dengan akses yang cukup susah jalur ini jarang sekali di daki. 

Bukan pertama kalinya si, aku melewati jalur ini, tepatnya akhir tahun 2010 lalu aku juga pernah melewati jalur ini. Setidaknya bisa membuka kembali memori2 kenangan dulu saat mendaki melewati jalur ini.

Menuju Tuk Suci

Senja di Pertigaan Jalur Baturaden - Kaliwadas

Start Awal Pendakian

Puncak Terlihat dari Jalur Kaliwadas

Menunggu di depan Masjid Agung Bumiayu...".Mobile ra tekan2"....

Di Basecamp Kaliwadas

Pemandangan Bawah dari Puncak Baturaden

Foto dulu...sambil ngaso...

@ camp hari pertama pendakian

Di mobil ..."perjalanan ke Kaliwadas"

Tuk Suci

Pos II Jalur Kaliwadas

Menuruni Pelawangan Bambangan

Menuju Puncak Baturaden

Pelawangan Baturaden

@ Puncak

Pelepasan Sebelum Berangkat

Rabu, 21 Maret 2012

Karya Sahabatku

Hasil Coretan Pencil Karya Sahabatku yang terobsesi sama si mahameru sama segala sesuatau yang ber bau- Russia...si- NDIM , Bagus kan....


Di pinggir jurang lagi merenungi nasib

ngumpul rame-rame

ne dia si Anthoni Mahamerunya si NDIM

nongkrong di cafe

di bawah pohon misterius...

Antariksa.........omega

Phuket stone bay

Took Me Place

Rain Forest

Needed

Jungle Stone

Techniclour Rex

Selasa, 20 Maret 2012

Wandu Boys, Eksisitensi BoyBand Keperawatan Unsoed 2009

B

Sebuah Kreatifitas, kerja keras, demi sebuah eksistensi...mempersembahkan "WANDU BOYS"
Anak-anak Keperawatan 2009 demo dalam malam keakaraban 2011

Minggu, 18 Maret 2012

Jalur Kalipagu.. Perjalanan Ekstrem Menuju Puncak Gunung Slamet


H 1, 24 Maret 2011
Hari ini kami akan melaksanakan Try Out 1 Pengembaraan Tim Gunung Hutan ke Gunung Slamet jalur Kalipagu-Baturraden dengan jumlah personil 5 orang, Sigit Puji Jatmiko, Hata Indarmawan, Fajar Tri, Yeni Yulia, dan seorang pendamping dari angkatan Cadas Stalaktit, Doso Hidayatullah. Kami berangkat pada pukul 11.16 WIB setelah pelepasan di sekre tercinta UPL MPA UNSOED dan menimbang carrier di SHC. Ternyata beban yang kami bawa berat juga, antara 25-30 kg.
Di Basecamp Kalipagu kami disambut oleh keramahan Biyunge yang telah mengenal tim kami dengan baik. Akhirnya, jam 12.25 kami pun memulai pendakian dengan diiringi hujan lebat.
Medan yang kami tempuh bervariatif. Pendakian diawali dengan menelusuri jalur pipa air, ladang penduduk, dan percabangan Kali Banjaran. Setelah menempuh 45 menit pendakian, medan mulai terjal dan licin. Di kiri-kanan punggungan yang kami lalui terdapat lembahan-lembahan besar. Gemuruh air Kali Manggis menggema di antara desau angin dan rintik-rintik hujan. Pohon-pohon damar, rotan, dan paku-pakuan mendominasi hutan. Serumpun besar pohon bambu tumbang dan merintangi jalan sehingga kami terpaksa merangkak mencari jalan baru. Pada ketinggian 1.000 m dpl ke atas medannya licin dan berlumpur, mirip dengan rawa-rawa karena di jalur ini sering diguyur hujan.
Pukul 16.35 kami putuskan untuk membuat camp pertama di sebuah shelter kecil pada koordinat 0015.0355. Keadaan cuaca mendung dan gerimis. Suhu tercatat mencapai 21°C. Hewan-hewan daerah lembab seperti pacet dan nyamuk banyak dijumpai di Camp 1.
              H2, 25 Maret 2011
          Operasional hari ke-2 pergerakan kami tidak begitu jauh. Medan yang kami tempuh cukup sulit karena banyaknya persimpangan jalur yang membingungkan dan rapat oleh vegetasi hutan sehingga harus disurvei dan diterabas. Pohon-pohon tumbangpun tak luput merintangi perjalanan kami. Oleh karena itu kami membuat tanda di sepanjang jalan yang dilalui. Ternyata setelah dicek di peta perjalanan kami melenceng dari jalur yang telah di-plotting sejak awal. Salah masuk punggungan, dan akhirnya harus mencari kembali punggungan yang benar menuju ke arah Igir Dawa.
          Di jalur itu kami menemukan tanda yang dibuat oleh tim pendaki dari Wanadri berupa tiga buah bacokan di pohon dan bertuliskan WWW 21-03-2011 Judas, hanya berselang beberapa hari dari jadwal keberangkatan kami. Menurut kabar dari teman-teman di sekre, di tempat itulah mereka berputar-putar selama 2 hari, dan kali ini kami lah “korban” berikutnya!
             Pada saat itu cuaca kurang bersahabat. Ada kalanya cerah dan hangat,namun beberapa saat kemudian berubah mendung, berkabut, dan gerimis. Vegetasi hutan rapat oleh semak-semak,paku-pakuan, palmae, keladi, pohon-pohon besar, dan pisang. Kurang masuknya sinar matahari menyebabkan pohon-pohon berlumut tebal dan bertanah lembab. Tetumbuhan pun menjulang tinggi seolah berlomba-lomba menembus canopy, mencari sinar matahari agar dapat berfotosintesis dengan sempurna.
          Di perjalanan banyak dijumpai dataran yang cukup nyaman untuk camp dan ada di antaranya yang tampak baru dipakai. Selain itu banyak pula dijumpai lubang-lubang bekas pembuatan arang.
          Kami menemukan pertigaan jalur dan mengambil jalan yang lurus dan tampak pernah dilalui orang. Tapi lagi-lagi jalannya buntu. Setelah menerabas rerimbunan semak paku-pakuan kami tersadar, kami mengambil jalan yang salah. Akhirnya kami putuskan untuk kembali ke pertigaan. Apa yang terjadi? Sambil tersenyum lega bercampur geli, asem, dsb sekaligus menertawakan kekurangjelian, kami menunjuk sebuah panah kecil petunjuk jalan ke arah kanan menuju puncak yang tertempel di pohon. Nah…!
          Hujan kembali mengguyur dengan deras. Waktu telah menunjukkan pukul 16.30, saatnya untuk mendirikan camp yang kedua pada koordinat 0000.9410.
H3, 26 Maret 2011
          Operasional H3 dimulai pada pukul 09.40 dan molor dari waktu yang telah ditentukan. Perjalanan diawali dengan mengikuti panah petunjuk yang ditemukan kemarin, tetapi jalur kembali buntu dan kami melakukan travers ke punggungan Igir Dawa sejauh 1 kontur. Dari tengah rerimbunan semak belukar kami mendengar suara babi hutan mendengkur-dengkur keras. Namun kemerduan nyanyian burung kutilang dan anggrek-anggrek hutan nan cantik mampu menerbitkan senyum kami.
          Jalur menuju triangulasi Igir Dawa (Pos 2) tampak jelas, dengan mengikuti punggungan yang tidak begitu lebar dan panjang. Keadaan alam di jalur ini masih tampak perawan. Tumbuhan kantong semar yang tidak pernah dijumpai di jalur-jalur pendakian umum lainnya tumbuh subur di tengah rerimbunan semak. Tampak cantik dan mungil, seperti kumpulan peri kecil bergaun merah.
          Dari triangulasi Igir Dawa menuju Kali Banjaran ditempuh selama 30 menit dengan medan yang menurun dan relatif landai. Airnya jernih berbatu-batu padas, dengan lebar kurang lebih 3 m. Setelah mengambil air, kami menyeberangi sungai menuju punggungan curam dan tinggi di depannya.
          Kemiringan punggungan itu mencapai 80°, nyaris vertikal. Kondisi tanahnya sangat labil, licin, dan sulit mendapat pegangan karena vegetasinya kebanyakan mudah patah dan tidak mampu menahan berat kami. Berkali-kali kami tergelincir, sementara di bawahnya menganga jurang berbatu-batu dan air terjun yang bergemuruh. Kali Banjaran yang tenang tidak lagi bersahabat, malah berubah menjadi sesosok monster yang bersiap menelan kami hidup-hidup.
          Kami memanjat dengan menggunakan bantuan alat. Hata merangkak ke atas menggunakan ice axe, sementara Yeni, Sigit, dan Fajar tertahan di tengah jalan karena tidak ada lagi pegangan dan pijakan. Dari atas Hata mengeluarkan webbing dan bergantian menarik teman-temannya yang masih terjebak. Medan pun semakin sulit dengan adanya pohon besar yang tumbang. Pemanjatan sarat resiko ini berlansung selama 2 jam. Untung saat itu tidak turun hujan. Setelah keluar dari medan ini, jalurnya relatif landai.
          Kami melakukan camp pada koordinat 9990.9535 di sebuah dataran cukup luas untuk menampung 2 dome.Tak seperti di camp sebelumnya, malamnya kami membuat perapian dan mengeringkan pakaian-pakaian basah.

H 4, 27 Maret 2011
     Perjalanan yang ditempuh pada operasional hari keempat cukup panjang, dari ketinggian 1.800m dpl s/d 2.800 m dpl. Dari Camp 3 jalur mengikuti punggungan di atas Kali Banjaran. Medannya relatif landai dan terdapat tanjakan tak terlalu terjal di beberapa tempat. Jalannya tertutup rapat oleh semak-semak berduri, paku-pakuan, dan pohon-pohon tumbang. Berkali-kali kami harus merangkak atau berjalan di atas pohon tumbang. Bila kurang teliti, seringkali kami tergores oleh duri-duri semak.
     Di jalur ini kami menemukan pemandangan yang cukup mengerikan! Pada sebatang pohon terdapat bekas cakaran hewan yang diduga macan!Hiiiyy….jangan-jangan kucing besar itu tengah mengintip di balik rerimbunan, mengintai. Sebelum Pos 4 kami pun disuguhi oleh beautiful view sebuah objek kuning berlalat hijau yang menyebarkan aroma semerbak.
     Dari tempat ini Plawangan terlihat dengan jelas, membuat semangat kami untuk summit attact semakin menggebu-gebu. Tapi apa mau dikata, perjalanan dari Pos 4 ke Pertigaan Kaliwadas saja sangat jauh dengan menempuh medan yang terjal dan tertutup rapat oleh semak dan banyak dirintangi pohon tumbang.
     Dari Gunung Malang vegetasi mulai didominasi oleh centigi, rumput, dan edelweiss. Edelweiss yang cantik dan menebarkan aroma segar seakan menjadi hadiah istimewa bagi kami. Burung-burung tiada henti berceloteh di tengah savanah kendati langit menurunkan rinai hujan. Perjalanan semakin berat. Punggungan semakin terjal dan petir menyambar-nyambar, serasa begitu dekat dengan kami. Apalagi salah satu anggota tim kami kondisinya mulai drop, membuat perjalanan terasa melambat.
     Kami tiba di Pertigaan Kaliwadas-Baturraden tepat pada pukul 18.00. Summit attact, latihan medan vertikal, dan turun sampai Pos 3 jalur Baturraden tidak terlaksana. Camp 4 terletak pada koordinat 9990.9535. Cuaca dingin dan hujan. Suhu mencapai 8°C di luar tenda.
Dari camp 4 kami, Puncak Slamet tampak begitu cantik dan teduh. Ia seperti gadis suci yang melepas cadar putihnya untuk memperlihatkan sebentuk senyum hangatnya kepada kami. Ah, jika kau berkenan, besok kami akan mencumbu lautan pasirmu dan mengibarkan Merah Putih di puncakmu.
H5, 28 Maret 2011
   Jadwal operasional  hari kelima molor dari rencana yang telah dikoordinasikan. Karena bahan bakar sudah habis dan perapian tidak jadi, kami sarapan hanya dengan mie mentah dan susu dingin. Summit attact dan latihan medan vertikal terpaksa dibatalkan karena cuaca yang tidak mendukung. Jalan menuju puncak berkabut sangat tebal dan berangin kencang, sehingga diputuskan untuk langsung turun demi keselamatan. Walau dengan berat hati, kami melangkah pulang bersama selembar Merah Putih yang belum sempat berkibar di puncak.
   Medan yang ditempuh bervariatif, landai dan terdapat turunan terjal di beberapa tempat dan terkadang dirintangi oleh pohon-pohon tumbang. Jalur Baturraden sering dilalui pendaki sehingga medan terlihat jelas, juga terdapat pos atau shelter yang telah diberi nama pula. Di Pos 3  ½ kami berhenti untuk ishoma selama 2 jam. Kami masak makan siang dengan menggunakan perapian. Menunya cukup membuat kami semangat melahapnya, nata de coco campur cola dan susu coklat, mie rebus, telur dadar, dan bengkuang.
   Dari Pos 3 cuaca mulai mendung dan gerimis. Pukul 17.08 sampai di pertigaan Baturraden-Kalipagu, lalu mengambil jalan ke arah kanan. Untuk mencapai Kolam Tando Harian (KTH) sangat jauh dengan menempuh medan terjal yang licin. Pergerakan kami pun melambat karena anggota tim yang cewek sakit.
   Gemuruh Kali Banjaran seakan terasa dekat, tapi tidak kunjung sampai seperti hanya sebuah fatamorgana. Vegetasi hutan didominasi oleh pohon bambu. Tanahnya becek dan licin. Di KTH kami menyeberangi jembatan untuk aliran air yang menuju ke bendungan. Jalan dari KTH menuju basecamp Kalipagu berupa jalan berbatu dan berundakan, dan kembali ke jalur awal pendakian tempo hari.
   Teman-teman dari sekre UPL MPA seperti Mbak Ita, Mas Yogi “Ahong”, Mbak Mila, dan Mas Wawan menjemput kami ke basecamp Kalipagu. Setelah sejenak ramah-tamah dan bersih-bersih, kami pulang ke sekre tercinta. Try Out 1 pun ditutup dengan penuh rasa syukur. Ah…kembali ke peradaban!!!Congratulation!